1. Konsep
waktu-suhu yang berlaku pada hewan
poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama
pertanian, khususnya
dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan
contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di
Probolinggo Tahun 2010.
Jawaban :
Konsep
waktu suhu yaitu konsep yang berkaitan dengan perkembangan hewan-hewan
tertentu. Dalam kaitannya dengan organisme, maka prinsip dasar yang
mengakibatkan suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran organisme adalah
terletak pada pengaruh fisik suhu terhadap tubuh organisme. Suhu yang terlalu
tinggi dapat mengakibatkan rusaknya enzim dan protein lain, dapat menguapkan
cairan tubuh, dapat merusak vitamin, dapat merusak sel, jaringan dan organ,
dapat merusak permeabilitas membran, dan merusak hormon. Sebaliknya, suhu yang terlalu
rendah dapat membekukan protoplasma, dapat menghambat kerja enzim, menghambat
kerja hormon, dan menghambat metabolisme(Nova,2012).
Ulat bulu merupakan salah
satu serangga yang bersifat poikilotermik, poikilotermik yaitu suhu tubuh ulat
bulu di pengaruhi oleh lingkungan, apabila lingkungan berada pada kondisi
rendah maupun tinggi maka ulat bulu akan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan
mengikuti kondisi suhu lingkungan. Reproduksi ulat bulu bersifat cepat saat
kondisi suhu berada diatas batas maksimum suhu tubuhnya. Apabila pada waktu
tetentu suhu lingkungan berada diatas maksimum suhu tubuh ulat bulu maka
perkembangbiakan telur akan lebih cepat sehingga menyebabkan peledakan ulat
bulu di tanaman mangga probolinggo.berdasarkan jurnal penelitian yang membahas
factor peledakan ulat bulu dipengaruhi oleh pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010−2011 yang menyebabkan kenaikan kelembapan udara. Suhu yang berfluktuasi
berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu(Yuliantoro Baliadi,2011) Sumber
2. Jelaskan
pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
jawaban :
Melalui fekunditas (kemampuan makhluk hidup dalam bereproduksi dengan
menghasilkan telur(pada ikan) maupun hewan lainnya) akan meningkatkan
kelimpahan populasi yang berada pada suatu daerah yang dapat ditentukan dengan
melihat jumlah penyebaran populasi melalui intensitas (tinggi rendahnya
kelimpahan populasi hewan dan prevalensi ukuran area-area yang menjadi tempat
hidup hewan). Jika
hewan dapat melalui konsep-konsep tersebut maka hewan dapat dikatakan mengalami
kelulusan hidup dimana menurut literature Kelulushidupan
adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir percobaan
dengan jumlah individu yang hidup pada awal percobaan. Kelulushidupan merupakan
peluang hidup dalam suatu saat tertentu.
Kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan biotik. Faktor biotik
yang mempengaruhi yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan populasi,
kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia (Stickey,1979).
3. Jelaskan aplikasi konsep interaksi
populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian
biologis. Berikan contohnya!
jawaban :
Parasitisme
adalah hubungan antara dua jenis makhluk hidup,dimana makhluk hidup yang satu
mendapatkan kerugian,sedangkan yang lain mendapat keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh berupa makanan dan perlindungan sedangkan makhluk hidup yang
ditumpanginya (hospes/inang) merasa rugi karena sari makanannya diambil,bahkan
mungkin dibunuh oleh parasit itu. Contoh
: cacing perut dalam usus manusia Sedangkan parasitoid hidup
bersama akrab dengan individu inang tunggal (seperti pada parasit), mereka
tidak menyebabkan kematian segera atas inang (seperti pada parasit), mereka
tidak menyebabkan kematian segera atas inang (Seperti parasit dan juga
“Grazers”), tetapi juga dapat menyebabkan kematian (seperti pemangsa).
Contohnya pada serangga yang bertelur di dalam kemudian meletakan larvanya pada
sel inang dengan maksud untuk memperoleh makanan, kerusakan yang dialami sel
inang akan semakin parah hingga mencapai kematian(Anonim,2011).
Interaksi yang negative ini memiliki peran dalam
pengendalian biologis yaitu dengan melihat karakter parasite dan parasitoid
yang memanfaatkan inangnya untuk melangsungkan kehidupannya terutama untuk
perkembangan larva serangga,
4.
Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar
konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!
jawaban :
Ekologi diartikan
sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya.
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara
organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala
sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun
abiotik.
Hal-hal yang
dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya dan
tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses
penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan
dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang
biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan
lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi
sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.
Sasaran
utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi
kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang
ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor
penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme
dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor
dan proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun
permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti;
habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan
lain-lain.
Setelah
mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita
manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta
kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh,
kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam,
distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah
semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka
pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di
alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi
kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem,
membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi
lingkungannya menyerupai habitat aslinya(Anonim,2013) Sumber
5. Uraikan
satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan
secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!
jawaban :
Makrozoobhentos
adalah bentos yang dapat terlihat dengan mata biasa. Biasanya menempati ruang
kecil antara batuan di dasar dalam runtuhan bahan organik, di atas batang kayu
dan tanaman air atau di dalam sedimen halus. Biasanya berukuran lebih besar
dari 1 mm. Makrozoobentos ini pada umumnya terdiri dari larva Insecta,
Crustacea, Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae (Feminella dan Flynn, 1999).
Hewan-hewan ini secara terus menerus terkena substansi yang diangkut oleh
aliran sungai sehingga memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Hal ini menyebabkan makrozoobentos sesuai untuk
dijadikan indikator ekologi dari suatu perairan
Makrozoobentos
tersebut dapat dikuantifikasi dengan menentukan kekayaan spesies (jumlah jenis
hewan yang tercuplik dalam sampel), kelimpahan (jumlah total individu dalam
sampel), kelimpahan rata-rata (jumlah rata-rata satu jenis hewan terhadap jenis
yang lainnya), dan keanekaragaman spesies (distribusi total individu setiap
jenis pada sampel). Mudahnya kuantifikasi makrozoobentos tersebut menunjukkan
bahwa makrozoobentos memenuhi syarat sebagai bioindikator selain terpenuhinya
syarat-syarat yang lainnya (variasi genetis yang sedikit, mobilitas terbatas,
dan mudah pengindentifikasian masing-masing jenis) (Rosenberg dan Resh, 1993).
Beberapa keuntungan penggunaan
makrozoobentos adalah:
- hewan-hewan ini terdapat di mana-mana sehingga
dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan pada berbagai tipe
perairan,
- jenis dari makrozoobentos sangat banyak sehingga
memungkinkan spektrum luas dalam pengamatan terhadap respons stres di
lingkungan,
- hewan-hewan ini pergerakannya cenderung sedikit
sehingga dapat dilakukan analisis spasial yang efektif terhadap efek dari
polutan,
- siklus hidup yang panjang memungkinkan
diuraikannya perubahan yang bersifat sementara akibat gangguan yang
terjadi.
Keuntungan-keuntungan
ini menyebabkan makrozoobentos bertindak sebagai pengawas secara terus-menerus
terhadap kualitas air tempat hidupnya (Rosenberg dan Resh, 1993).
Berbagai
keuntungan yang bisa didapatkan dari bioindikator Seperti yang telah
disebutkan, hewan makrozoobentos dapat digunakan menjadi indikator pencemaran
dengan beberapa kategori. Beberapa hewan makrozoobentos ada yang memiliki sifat
hidup intoleran terhadap pencemaran yang terjadi, contohnya: Ephemeroptera,
Plecoptera, Trichoptera. Beberapa jenis yang lain digolongkan fakultatif yaitu
dapat hidup pada lingkungan yang bersih sampai tercemar sedikit atau sedang,
contohnya: beberapa taxa dari Diptera, Odonata, Coleoptera, Pelecypoda.
Sedangkan beberapa jenis yang lain memiliki sifat hidup toleran terhadap
berbagai pencemaran yang terjadi pada habitatnya, contohnya: beberapa jenis
Diptera, Hirudinae, Oligochaeta.
Ekologi Hewan Makrozoobentos
Berdasarkan Wilhm (1975) dan Basmi
(1999) (Alma Sina, 2005), kepekaan jenis-jenis makrozoobentos di sungai
terhadap polusi bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
- kelompok intoleran, contohnya: Ephemeroptera,
Plecoptera, Trichoptera
- kelompok fakultatif, contohnya: Odonata, beberapa
Diptera (Tipulidae & Rhagionidae), Pelecypoda
- kelompok toleran, contohnya: beberapa Diptera (Tanypodinae & Simuliidae), Hirudinae, Gastropoda(Anonymous,2012). Sumber
kehadiran makrozobentos
sebagai Jenis monitoring,
mengindikasikan adanya polutan di lingkungan baik kuantitas maupun kualitasnya.
Jenis Monitoring bersifat sensitif dan rentan terhadap berbagai polutan,
sehingga sangat cocok untuk menunjukan kondisi yang akut dan kronis. Pemanfaatannya untuk mengetahui kondisi air dari kualitas dan kuantitasnya
dengan cara melihat kelimpahan makrozoobentos tertentu.
6. Apakah
manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah
satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya.
Jawaban :
Manfaat
pengetahuan relung untuk mempertahankan populasi hewan langka agar tetap hidup
dengan cara mempelajari relung yang dapat diketahui dari profesi, kegiatan dan
aktivitas sehari-hari dalam habitatnya selain itu juga agar dapat mengetahui
factor yang menyebabkan punahnya hewan langka. Charles
Elton (1927) secara terpisah menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau
peranan spesies di dalam komunitasnya. Maksud dari fungsi dan peranan ini
adalah kedudukan suatu spesies dalam komunitas dalam kaitannya dengan peristiwa
makan memakan dan pola-pola interaksi yang lain Sumber
Berdasarkan jurnal yang di dapatkan mengenai
relung monyet ekor panjang di jelaskan, Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) spesies yang berkohabitasi di Cagar Alam dan Taman Wisata
Alam Pangandaran (CATWAP). Monyet ekor panjang ini pada umumnya mempunyai
warna yang bervariasi dari coklat atau coklat keabu-abuan. Mereka memiliki
wajah cokelat kemerahan dan bulu-bulu di atas kepalanya (Lucas & Corlett
1998 ). Salah satu alasan monyet ekor panjang mencari makan pada
ketinggian adalah untuk menghindari persaingan makanan dengan primata lainnya.
Monyet ekor panjang tidur di pohon-pohon di sepanjang sungai. Setiap kelompok
tidur di pohon sendiri dan individu meringkuk bersama-sama ketika mereka tidur
untuk menjaga suhu tubuh (Van et
al.1980)Macaca fascicularis yang termasuk kedalam Famili
cercopithecidae ini
hidup berkelompok, dimana bisa mencapai hingga 30 ekor atau lebih dalam tiap
kelompok. Berdasarkan perilaku makan, Macaca
fascicularis mencari makan secara berkelompok.Macaca fascicularis
berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain dengan melompat dan berayun. Macaca fascicularis yang
masih kecil lebih aktif bergerak dari pada yang sudah dewasa. Macaca fascicularis menunjukkan perilaku investigatif,
yaitu memeriksa lingkungan. Macaca
fascicularis aktif saat matahari mulai terlihat (sekitar pukul
08.30-09.30) kemudian kembali kesarang dan muncul kembali saat siang. Perilaku
yang ditunjukan oleh Macaca
fascicularis selama
pengamatan yaitu 40 % berpindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain, 30 %
makan pucuk-pucuk bambu, 20% Macaca dewasa bermain dengan anak-anaknya dan
10% Macaca betina menghampiri Macaca jantan dan melakukan kawin Wilayah teritori Macaca fascicularis yaitu wilayah yang dipertahankan
dengan aktif hingga tidak ada hewan lainnya yang beraktivitas di sekitar
wilayah tersebut. seperti tempat tidur, tempat ketersediaan pakan, tempat
kawin, dan sumber air. Luas wilayah teritori diperkirakan sekitar 6,25 ha. Macaca jantan dominan berperilaku agresif
untuk melindungi kelompoknya dan untuk mempertahankan sumber makanannya, macaca
induk berperilaku agresif untuk melindungi anaknya, dan macaca jantan pradewasa berperilaku agresif
untuk menjaga wilayah teritorinya (Wheatley 1974)(Hanna widiastuti,dkk.2011). Sumber
Teori relung menyatakan bahwa spesies
yang berkohabitasi beradaptasi
untuk menghindari
atau mengurangi persaingan interspesifik dalam memanfaatkan sumberdaya
yang terbatas (Pianka 1981).
Primata
adalah subyek penting dalam mempelajari relung karena kemudahan dalam
mengumpulkan data perilaku makan dan strategi pencarian pakan secara detail dan
lama. Studi tentang primata telah berhasil menunjukkan perbedaan yang jelas
mengenai pemilihan pakan dan pemanfaatan habitat dalam relung (Ungar 1995). Monyet ekor panjang
lebih bersifat omnivora daripada lutung. Monyet ekor panjang memakan buah-buahan,
biji-bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluska
(Lekagul & Mc Neely 1977). Jenis pakan monyet ekor panjang adalah buah karet (Hevea
brasiliensis), pucuk padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays).
Pada daerah rawa mangrove monyet ekor panjang juga merupakan satwa yang bersifat frugivore–omnivore
karena memakan
buah Sonneratia spp. Dan
Nypa fruticans serta
kepiting (Crockett & Wilson
1977)(Yohan Hendratmoko,2009) Sumber