Sabtu, 20 April 2013

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN

1.     Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan  poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.
Jawaban :
Konsep waktu suhu yaitu konsep yang berkaitan dengan perkembangan hewan-hewan tertentu. Dalam kaitannya dengan organisme, maka prinsip dasar yang mengakibatkan suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran organisme adalah terletak pada pengaruh fisik suhu terhadap tubuh organisme. Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan rusaknya enzim dan protein lain, dapat menguapkan cairan tubuh, dapat merusak vitamin, dapat merusak sel, jaringan dan organ, dapat merusak permeabilitas membran, dan merusak hormon. Sebaliknya, suhu yang terlalu rendah dapat membekukan protoplasma, dapat menghambat kerja enzim, menghambat kerja hormon, dan menghambat metabolisme(Nova,2012).
Ulat bulu merupakan salah satu serangga yang bersifat poikilotermik, poikilotermik yaitu suhu tubuh ulat bulu di pengaruhi oleh lingkungan, apabila lingkungan berada pada kondisi rendah maupun tinggi maka ulat bulu akan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan mengikuti kondisi suhu lingkungan. Reproduksi ulat bulu bersifat cepat saat kondisi suhu berada diatas batas maksimum suhu tubuhnya. Apabila pada waktu tetentu suhu lingkungan berada diatas maksimum suhu tubuh ulat bulu maka perkembangbiakan telur akan lebih cepat sehingga menyebabkan peledakan ulat bulu di tanaman mangga probolinggo.berdasarkan jurnal penelitian yang membahas factor peledakan ulat bulu dipengaruhi oleh pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010−2011 yang menyebabkan kenaikan kelembapan udara. Suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu(Yuliantoro Baliadi,2011) Sumber

2. Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
jawaban :
Melalui fekunditas (kemampuan makhluk hidup dalam bereproduksi dengan menghasilkan telur(pada ikan) maupun hewan lainnya) akan meningkatkan kelimpahan populasi yang berada pada suatu daerah yang dapat ditentukan dengan melihat jumlah penyebaran populasi melalui intensitas (tinggi rendahnya kelimpahan populasi hewan dan prevalensi ukuran area-area yang menjadi tempat hidup hewan). Jika hewan dapat melalui konsep-konsep tersebut maka hewan dapat dikatakan mengalami kelulusan hidup dimana menurut literature Kelulushidupan adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal percobaan. Kelulushidupan merupakan peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan biotik. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan populasi, kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia (Stickey,1979).

3. Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!
jawaban :
Parasitisme adalah hubungan antara dua jenis makhluk hidup,dimana makhluk hidup yang satu mendapatkan kerugian,sedangkan yang lain mendapat keuntungan. Keuntungan yang diperoleh berupa makanan dan perlindungan sedangkan makhluk hidup yang ditumpanginya (hospes/inang) merasa rugi karena sari makanannya diambil,bahkan mungkin dibunuh oleh parasit itu. Contoh : cacing perut dalam usus manusia Sedangkan parasitoid hidup bersama akrab dengan individu inang tunggal (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (Seperti parasit dan juga “Grazers”), tetapi juga dapat menyebabkan kematian (seperti pemangsa). Contohnya pada serangga yang bertelur di dalam kemudian meletakan larvanya pada sel inang dengan maksud untuk memperoleh makanan, kerusakan yang dialami sel inang akan semakin parah hingga mencapai kematian(Anonim,2011).
Interaksi yang negative ini memiliki peran dalam pengendalian biologis yaitu dengan melihat karakter parasite dan parasitoid yang memanfaatkan inangnya untuk melangsungkan kehidupannya terutama untuk perkembangan larva serangga,

4. Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!
jawaban : 
Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya. Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik. Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.

Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.

Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya(Anonim,2013) Sumber

5. Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!
jawaban : 
Makrozoobhentos adalah bentos yang dapat terlihat dengan mata biasa. Biasanya menempati ruang kecil antara batuan di dasar dalam runtuhan bahan organik, di atas batang kayu dan tanaman air atau di dalam sedimen halus. Biasanya berukuran lebih besar dari 1 mm. Makrozoobentos ini pada umumnya terdiri dari larva Insecta, Crustacea, Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae (Feminella dan Flynn, 1999). Hewan-hewan ini secara terus menerus terkena substansi yang diangkut oleh aliran sungai sehingga memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap perubahan kondisi lingkungan. Hal ini menyebabkan makrozoobentos sesuai untuk dijadikan indikator ekologi dari suatu perairan
Makrozoobentos tersebut dapat dikuantifikasi dengan menentukan kekayaan spesies (jumlah jenis hewan yang tercuplik dalam sampel), kelimpahan (jumlah total individu dalam sampel), kelimpahan rata-rata (jumlah rata-rata satu jenis hewan terhadap jenis yang lainnya), dan keanekaragaman spesies (distribusi total individu setiap jenis pada sampel). Mudahnya kuantifikasi makrozoobentos tersebut menunjukkan bahwa makrozoobentos memenuhi syarat sebagai bioindikator selain terpenuhinya syarat-syarat yang lainnya (variasi genetis yang sedikit, mobilitas terbatas, dan mudah pengindentifikasian masing-masing jenis) (Rosenberg dan Resh, 1993).
Beberapa keuntungan penggunaan makrozoobentos adalah:
  • hewan-hewan ini terdapat di mana-mana sehingga dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan pada berbagai tipe perairan,
  • jenis dari makrozoobentos sangat banyak sehingga memungkinkan spektrum luas dalam pengamatan terhadap respons stres di lingkungan,
  • hewan-hewan ini pergerakannya cenderung sedikit sehingga dapat dilakukan analisis spasial yang efektif terhadap efek dari polutan,
  • siklus hidup yang panjang memungkinkan diuraikannya perubahan yang bersifat sementara akibat gangguan yang terjadi.
Keuntungan-keuntungan ini menyebabkan makrozoobentos bertindak sebagai pengawas secara terus-menerus terhadap kualitas air tempat hidupnya (Rosenberg dan Resh, 1993).
Berbagai keuntungan yang bisa didapatkan dari bioindikator Seperti yang telah disebutkan, hewan makrozoobentos dapat digunakan menjadi indikator pencemaran dengan beberapa kategori. Beberapa hewan makrozoobentos ada yang memiliki sifat hidup intoleran terhadap pencemaran yang terjadi, contohnya: Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera. Beberapa jenis yang lain digolongkan fakultatif yaitu dapat hidup pada lingkungan yang bersih sampai tercemar sedikit atau sedang, contohnya: beberapa taxa dari Diptera, Odonata, Coleoptera, Pelecypoda. Sedangkan beberapa jenis yang lain memiliki sifat hidup toleran terhadap berbagai pencemaran yang terjadi pada habitatnya, contohnya: beberapa jenis Diptera, Hirudinae, Oligochaeta.
Ekologi Hewan Makrozoobentos
Berdasarkan Wilhm (1975) dan Basmi (1999) (Alma Sina, 2005), kepekaan jenis-jenis makrozoobentos di sungai terhadap polusi bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
  • kelompok intoleran, contohnya: Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera
  • kelompok fakultatif, contohnya: Odonata, beberapa Diptera (Tipulidae & Rhagionidae), Pelecypoda
  • kelompok toleran, contohnya: beberapa Diptera (Tanypodinae & Simuliidae), Hirudinae, Gastropoda(Anonymous,2012). Sumber 
kehadiran makrozobentos sebagai Jenis monitoring, mengindikasikan adanya polutan di lingkungan baik kuantitas maupun kualitasnya. Jenis Monitoring bersifat sensitif dan rentan terhadap berbagai polutan, sehingga sangat cocok untuk menunjukan kondisi yang akut dan kronis. Pemanfaatannya untuk mengetahui kondisi air dari kualitas dan kuantitasnya dengan cara melihat kelimpahan makrozoobentos tertentu.

6. Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya.
Jawaban :
Manfaat pengetahuan relung untuk mempertahankan populasi hewan langka agar tetap hidup dengan cara mempelajari relung yang dapat diketahui dari profesi, kegiatan dan aktivitas sehari-hari dalam habitatnya selain itu juga agar dapat mengetahui factor yang menyebabkan punahnya hewan langka. Charles Elton (1927) secara terpisah menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau peranan spesies di dalam komunitasnya. Maksud dari fungsi dan peranan ini adalah kedudukan suatu spesies dalam komunitas dalam kaitannya dengan peristiwa makan memakan dan pola-pola interaksi yang lain Sumber 

Berdasarkan jurnal yang di dapatkan mengenai relung monyet ekor panjang di jelaskan, Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) spesies yang berkohabitasi di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran (CATWAP). Monyet ekor panjang ini pada  umumnya mempunyai warna yang bervariasi dari coklat atau coklat keabu-abuan. Mereka memiliki wajah cokelat kemerahan dan bulu-bulu di atas kepalanya (Lucas & Corlett 1998 ). Salah satu alasan monyet ekor panjang  mencari makan pada ketinggian adalah untuk menghindari persaingan makanan dengan primata lainnya. Monyet ekor panjang tidur di pohon-pohon di sepanjang sungai. Setiap kelompok tidur di pohon sendiri dan individu meringkuk bersama-sama ketika mereka tidur untuk menjaga suhu tubuh (Van et al.1980)Macaca fascicularis yang termasuk kedalam Famili cercopithecidae ini hidup berkelompok, dimana bisa mencapai hingga 30 ekor atau lebih dalam tiap kelompok. Berdasarkan perilaku makan, Macaca fascicularis mencari  makan secara berkelompok.Macaca fascicularis berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain dengan melompat dan berayun. Macaca fascicularis yang masih kecil lebih aktif bergerak dari pada yang sudah dewasa. Macaca fascicularis menunjukkan perilaku investigatif, yaitu memeriksa lingkungan. Macaca fascicularis aktif saat matahari mulai terlihat (sekitar pukul 08.30-09.30) kemudian kembali kesarang dan muncul kembali saat siang. Perilaku yang ditunjukan oleh Macaca fascicularis selama pengamatan yaitu 40 % berpindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain, 30 % makan pucuk-pucuk bambu, 20%  Macaca dewasa bermain dengan anak-anaknya dan 10%  Macaca betina menghampiri Macaca jantan dan melakukan kawin Wilayah teritori Macaca fascicularis yaitu wilayah yang dipertahankan dengan aktif  hingga tidak ada hewan lainnya yang beraktivitas di sekitar wilayah tersebut. seperti tempat tidur, tempat ketersediaan pakan, tempat kawin, dan sumber air. Luas wilayah teritori diperkirakan sekitar 6,25 ha. Macaca jantan dominan berperilaku agresif untuk melindungi kelompoknya dan untuk mempertahankan sumber makanannya, macaca induk berperilaku agresif untuk melindungi anaknya, dan macaca jantan pradewasa berperilaku agresif untuk menjaga wilayah teritorinya (Wheatley 1974)(Hanna widiastuti,dkk.2011). Sumber


Teori relung menyatakan bahwa spesies yang berkohabitasi beradaptasi untuk menghindari atau mengurangi persaingan interspesifik dalam memanfaatkan sumberdaya yang terbatas (Pianka 1981). Primata adalah subyek penting dalam mempelajari relung karena kemudahan dalam mengumpulkan data perilaku makan dan strategi pencarian pakan secara detail dan lama. Studi tentang primata telah berhasil menunjukkan perbedaan yang jelas mengenai pemilihan pakan dan pemanfaatan habitat dalam relung (Ungar 1995). Monyet ekor panjang lebih bersifat omnivora daripada lutung. Monyet ekor panjang memakan buah-buahan, biji-bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluska (Lekagul & Mc Neely 1977). Jenis pakan monyet ekor panjang adalah buah karet (Hevea brasiliensis), pucuk padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays). Pada daerah rawa mangrove monyet ekor panjang juga merupakan satwa yang bersifat frugivore–omnivore karena memakan buah Sonneratia spp. Dan Nypa fruticans serta kepiting (Crockett & Wilson 1977)(Yohan Hendratmoko,2009) Sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar